Ikhlaskan Amalmu



Ikhlas, satu kata yang mudah diungkapkan namun sulit dipraktekkan. Sebagai contoh ada seorang yang bernama sebutlah ia Haji. Nama Haji ini terinspirasi dari tanah suci, orang-orang arab sana biasanya memanggil orang Indonesia dengan sebutan ‘haji’. Mungkin di antara banyak sebabnya mengapa orang Indonesia setelah habis melakukan ibadah haji dipanggil pak haji atau bu haji, mudah-mudahan semua itu berkah. 

Suatu hari Haji berangkat menuju salah satu masjid di Timur Tengah, sebutlah masjid Qubah Perak. Haji berangkat dalam rangka melaksanakan ibadah salat tarawih sebagaimana kebanyakan orang melakukannya di malam-malam bulan Ramadan. Sesampainya di masjid ia melaksanakan ibadah salat isya berjamaah. Karena ibadah salat berjamaah lebih utama dari sholat sendirian dengan 27 derajat. (HR Bukhari dan Muslim).

Setelah salat isya selesai, sang bilal biasanya menyeru kepada jamaah untuk salat tarawih, lalu Imam takbir, membaca surat Al-Fatihah, kemudian dilanjutkan dengan surat Al-Baqarah. Imam salat membacanya dengan lantang, merdu, syahdu dan membacanya dengan sangat tartil, pelan-pelan. Haji kemudian mengikuti salat itu. Perasaan awal Haji sangat senang mengikutinya, namun entah kenapa lama kelamaan, kakinya terasa pegal, dikarenakan sang Imam tak kunjung rukuk. Di saat Haji ingin membatalkan salatnya, tiba-tiba Imam pun rukuk kemudian dilanjutkan sampai dengan selesai, anggaplah keadaannya seperti sahabat Huzaifah Ibnul Yaman yang mengikuti salat Qiyamullail dengan Rasulullah SAW (HR. Bukhari). 

Keesokan harinya Haji coba mengikuti salat di masjid yang sama. Sebelum salat, Haji memastikan dulu apa yang dibaca oleh Imam setelah membaca surah Al-Fatihah, karena khawatir bacaan Imam lama seperti kemarin bahkan lebih lama lagi. Imam salat pada hari kedua membaca surat Al-Fiil, alam tarakaifafa ala robbuka biashaabil fiil. Haji kemudian mengurungkan niatnya untuk salat di masjid itu, dikarenakan kemarin saja menurut Haji, Imam itu membaca surat Al-Baqarah yang artinya sapi betina. Di dalam salat Imam membaca bacaannya sangat lama, apalagi sekarang Imam membaca surat Al-Fiil yang artinya 'gajah', pasti dugaan Haji jauh lebih panjang dan lama bacaannya. Singkat cerita Haji tidak menjadi salat di masjid Qubah Perak itu, dan mencari masjid yang lebih cepat dan pendek bacaannya. 

Padahal jika Haji mengetahui bahwasanya surat Al-Fiil jika dibandingkan dengan surat Al-Baqarah sangatlah jauh dalam segi ayatnya, Surat Al-Fiil terdiri dari 5 ayat, sedangkan Surat Al-Baqarah terdiri dari 286 ayat. Nah, inilah pelajaran yang bisa kita petik, hakikat ibadah yang ikhlas tidak memilih-milih panjang pendeknya bacaan, sedikit banyaknya rakaaat salat, seperti yang diperdebatkan dalam sholat tarawih dalam masyarakat kita, ada yang memilih 23 rakaat, atau 11 rakaat. Padahal dua-duanya sama-sama baik, yang tidak baik adalah mereka yang tidak salat dan membuang waktu-waktu salat untuk melakukan hal-hal yang tidak bermafaat. 

Jika kita amati kebanyakan dari masyarakat kita hanya mengejar kuantitas salat tapi tidak mengejar kualitas salat. Salat hanyalah menjadi rutinitas, ritualitas bahkan syarat semata, menggugurkan kewajiban, tapi tidak mendapatkan apa-apa, padahal dengan salat kita mampu mencegah perbuatan keji dah mungkar (QS. Al-Ankabut: 45). 

Sebagai contoh negara Indonesia merupakan salah satu negara terbesar jamaah hajinya. Namun tak kalah dengan tingkat korupsinya. Masyarakat kita banyak melakukan ibadah salat namun tetap melakukan kemaksiatan, seperti orang yang mabuk, tidak mengerti apa mereka ucapkan (QS An-Nisa: 43). 

Tidak ada pemaknaan, penghayatan dalam salat. Sangat mudah kita melahirkan generasi biologis, namun sangat sulit kita melahirkan generasi spiritualis.

Amalan ibadah diterima jika memenuhi 3 unsur, Pertama, beriman kepada Allah SWT (QS.Al Kahfi :107) dan (HR.Muslim). Kedua, Ikhlas (QS Az-Zumar:2), (QS Al Bayyinah: 5), dan (HR Abu Dawud dan Nasa’i). Ketiga, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW (QS Al Haysr: 7), dan (HR Muslim). 

Sebagaimana yang sering kita dengar diceramah malam tarawih atau bakda subuh, seorang ustadz menyampaikan ”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR Bukhari dan Muslim). 

Jika ingin ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT berarti kita harus beriman dan ikhlas. Surat Al-Ikhlas bukan mengajarkan kita untuk ikhlas sekali jika Imam membaca surat Al-Ikhlas. Namun surat Al-Ikhlas mengajarkan kita memurnikan ke Esa-an Allah SWT, bukan dua, tiga dst. Kita hanya memalingkan hadapan ke Maha Segalanya. Kita pun mengharapkan agar amalan-amalan kita di bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT, merasa takut dan khawatir jika amalan kita ditolak oleh Allah SWT, nauzubillah

Orang juga bisa disebut ikhlas manakala ia tetap melakukan ibadahnya meski ada orang lain ataupun tidak, melakukan ibadah terang-terangan boleh, dalam rangka berlomba-lomba dalam kebaikan (QS Al Baqarah: 148) seperti yang dilakukan sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Sembunyi-sembunyi juga boleh dalam rangka khawatir terjebak rayuan syetan yaitu riya (QS. Al Baqarah : 24), ingin amalnya diketahui oleh orang lain. 

Rasulullah SAW bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: salah satunya adalah orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. (HR Bukhari dan Muslim). 

Kemudian pesan Imam Al Ghazali yang mengetuk hati kita, beliau mengingatkan bahwa semua orang pasti akan binasa kecuali orang yang berilmu, orang-orang yang berilmu pasti akan binasa kecuali orang yang aktif beramal, semua orang yang aktif beramal akan binasa kecuali yang ikhlas. 

Diakhir tulisan ini kembali ditegaskan pentingnya beramal dengan Ikhlas. Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat menyebutkan ihwal orang yang pertama kali merasakan jilatan api neraka: “Manusia yang pertama kali diadili di hari Kiamat ialah orang yang mati di medan perang. Ia didatangkan kemudian Allah mengenalkan nikmat-nikmat-Nya kepadanya dan ia pun mengakuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’. Orang itu menjawab, ‘Aku berperang di jalan-Mu hingga aku terbunuh sebagai syahid.’ Allah berfirman, ‘Kamu berbobong, kamu berperang agar dikatakan sebagai seorang pemberani dan benar kamu dikatakan sebagai pemberani.’ Orang itu diperintahkan untuk dibawa dan diseret hingga dijebloskan ke dalam neraka. 

Juga orang lain yang mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membawakan Alquran. Orang itu didatangkan, kemudian Allah mengenalkan nikmat-nikmat-Nya kepadanya dan ia pun mengakuinya. Allah berfirman, ‘Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?’. Orang itu menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca Alquran di jalan-Mu.’

Allah berfirman, ‘Kamu berbohong, kamu mempelajari ilmu agar disebut sebagai orang alim dan membaca Alquran agar disebut sebagai qori. Itu benar telah dikatakan kepadamu.’ Orang itu diperintahkan untuk dibawa dan diseret hingga dijebloskan ke dalam neraka. Juga orang yang diberi kemudahan oleh Allah dan memberinya berbagai macam harta. Orang itu didatangkan kemudian Allah memperkenalkan nikmat-nikmat-Nya kepadanya dan ia pun mengakuinya. Allah berfirman, ‘Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Orang itu menjawab, ‘Aku tidak pernah meninggalkan satu jalan yang Engkau sukai bila harta diinfakkan di jalan tersebut melainkan aku menginfakkan harta di dalamnya.’

Allah berfirman, ‘Kamu berbohong, kamu berbuat seperti itu agar kamu dikatakan sebagai orang dermawan dan benar kamu telah dikatakan sebagai orang dermawan.’ Orang itu diperintahkan untuk dibawa dan diseret hingga dijebloskan ke dalam neraka.” (HR. Muslim). Nauzubillah summa nauzubillah

Semoga Allah SWT menjadikan kita hamba yang ikhlas, yang tidak memilih-milih dalam beramal, yang tidak menunggu pujian, yang bukan hanya mengejar kuantitas semata namun dibarengi dengan kualitas (QS Al-Mulk: 2). Kita beramal hanya mengharap ridho Allah SWT. 

Di dalam Alquran, Allah SWT dialog dengan syetan, bahwa syetan meminta penangguhan kepada Allah agar bisa menggoda manusia, dan Allah pun memberikan penangguhan itu, namun Allah SWT menegaskan kepada syeitan bahwa mereka tidak akan mampu menggoda hamba-hamba Allah yang ikhlas. (QS Saad: 75-83).

Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah yang ikhlas sampai kematian menjemput kita. Amiiin.Wallahu a’lam bishowab.



(detik.com)

0 Response to "Ikhlaskan Amalmu"

Post a Comment

Rank

Member of


Subcribe

  
Segera konfirmasi email anda agar saya bisa mengirimkan artikel terbaru gratis ke email anda.





Blog Barcode


Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free


notifikasi
close