Saatnya Berhenti Sejenak...



Tika, ibu tiga orang anak, adalah seorang pekerja keras. Siang-malam waktunya habis untuk pekerjaannya. Tak peduli di kantor, maupun di rumah ia selalu tenggelam dalam berkas kerja. Baginya mengalahkan pesaingnya di kantor adalah hal utama. Tanpa disadari anak-anaknya menjauh karena kehilangan sosok ibu yang hangat. Obsesinya mencapai posisi puncak telah mengambil alih hidupnya. “Sebenarnya kita tidak perlu terobsesi untuk memiliki apapun. Sikap obsesif membuat kita mengabaikan risiko yang akan dihadapi,” ujar Arif Samil, lifecoach dari Mind Insight.

Mengikuti ego dan obsesi tentu bukanlah sesuatu yang sehat. Memilih bersaing agar dipandang lebih hebat dibanding orang lain dapat membuat diri Anda lelah, sakit, bahkan frustasi. Arief mengungkapkan banyak orang yang salah mempersepsikan kemenangan. “Kemenangan selalu diidentikkan dengan memberi banyak pengorbanan, atau sering didengar lewat kalimat ‘no pain no gain’. Ketika Anda menang tanpa disadari Anda mengorbankan sesuatu, yang mungkin lebih penting dari apa yang Anda kejar. Misalnya ketika Anda sibuk di kantor, anak menjauhi Anda karena terlampau sibuk,” terang Arif.

Mengukur Kemampuan Diri


Saat Anda menginginkan sesuatu, Anda sebaiknya mengukur kemampuan diri. Bercerminlah pada diri, mampukah Anda mencapai tujuan itu? Sumber daya seperti apa yang bisa digunakan? Berapa lama waktu yang dibutuhkan? Apakah tidak akan merugikan lingkungan sekitar?

Pengukuran kemampuan diri ini berfungsi mempersingkat waktu agar pencapaian tujuan bisa jadi lebih cepat, membuat Anda tidak stres, depresi, frustasi dan parahnya membahayakan lingkungan sekitar Anda.
Sebagai contoh, Nadia (35) ingin menjalani bisnis di bidang makanan. Ia sadar bahwa ia mampu mencapai sebuah tujuan. Ia tahu dirinya harus mempekerjakan beberapa orang staf, memiliki layanan yang baik, dan memperluas promosi bisnis. Ia pun perlu menetapkan target waktu tiga tahun untuk mencapai kesuksesan dan mampu membuka cabang di dua wilayah berbeda. Arif menyarankan, “Sebaiknya Nadia tetap berikhtiar secara rasional, melakukan perhitungan bisnis dan tetap memasrahkannya pada Tuhan. Jika ia melakukan bisnis dengan seimbang, pemikiran yang beralasan dan pasrah, maka penetapan target tiga tahun itu tidak salah,” ujarnya.

Arif pun menyarankan Nadia untuk tetap fleksibel dalam perubahan. Pikiran harus terbuka untuk siap memodifikasi target tanpa harus mengubah isinya. “Misalnya jika waktu yang dihabiskan lebih dari target yang ditetapkan, ia harus fleksibel. Jika tidak dapat beradaptasi dengan perubahan, ia akan stres. Perlu diketahui, rencana Anda tidak 100 persen berjalan mulus, karena banyak hal yang masih belum bisa dipastikan situasi dan kondisinya. Jika waktunya singkat dan targetnya banyak, Nadia harus memilah prioritas utama yang berpengaruh besar sambil memasrahkannya pada Tuhan,” saran Arif.

Menurut Arif untuk mencapai tujuan. Anda bisa memulainya dengan niat sambil memasrahkan diri. Misalnya Anda berharap mendapatkan promosi jabatan di kantor. Pasrahkan diri Anda kepada Tuhan dengan rasa tulus dan ikhlas. “Di perjalanan Anda akan dihadapkan berbagai rintangan. Hadapilah rintangan itu. Untuk menghadapi tekanan syukuri setiap titik yang Anda dapatkan, seperti target bulan lalu yang tercapai,” ujar Arif. Yakini jika target bulan ini sulit tercapai bisa jadi karena Anda harus terus meningkatkan kemampuan Anda. 

“Apabila Anda terus mendapatkan kebuntuan, mulailah dengan pemikiran akhir. ‘Apa yang telah Anda dapatkan? Apakah benar ini tujuan yang Anda inginkan? Tenangkan diri dan usahakan diri Anda tetap seimbang, tidak terobsesi, dan menjalani hidup supaya tetap harmonis, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang,” ucap Arif.

Mengambil Jeda, Memasrahkan Diri


Umumnya orang selalu pasrah di akhir. Ketika mereka sudah mencoba berbagai rencananya untuk mencapai tujuan dan tetap tidak membuahkan hasil, barulah mereka pasrah. Arif mengungkapkan perilaku ini tidak selalu benar. “Anda tanpa sadar membuang waktu terlalu banyak jika meletakkan pasrah di belakang. Kebanyakan orang akhirnya memanjangkan waktu karena terlalu lama mengikuti obsesi untuk mendapatkan sesuatu,” ujar Arif.

Ia menambahkan, Anda juga perlu membedakan pasrah dengan perasaan malas atau perasaan tidak sanggup. Sehingga Anda tidak tertipu untuk berhenti tanpa berusaha optimal. “Malas adalah sikap tidak mau berupaya dan berusaha kesempatan datang tanpa usaha. Sementara ‘tidak bisa’ adalah perasaan ketika Anda sudah berupaya namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuan yang Anda miliki. Sedangkan pasrah adalah sebuah tindakan yang meletakkan pikiran dan kekuatan tubuh dan membiarkan alam semesta membantu,” jelas Arif.

“Sikap pasrah bisa dilakukan saat niat atau sebelum berupaya,” ujar Arif. Jika jalan yang Anda niatkan selaras dengan kehendak Tuhan atau alam semesta, Anda akan dihadapkan sebuah tujuan. “Pasrah bisa dilakukan dengan berdoa, berhenti memikirkan masalah yang Anda miliki, tetap berupaya dan gapai tujuan hidup Anda,” tambahnya. Pasrah merupakan salah satu upaya terbesar yang bisa dilakukan manusia. Arif juga menyarankan untuk peka melihat tanda-tanda yang mengisyaratkan Anda untuk berhenti. “Pikiran dan tubuh memiliki keterbatasan, sadari Anda jauh lebih besar dari itu. Anda memiliki jiwa. Gunakanlah jiwa itu sehingga Anda bisa menjadi lebih besar dari yang Anda bayangkan,” ujar Arif.

Saat Anda menginginkan sesuatu, namun mendapatkan jalan buntu, rasa lelah tidak terhindarkan. Untuk menghadapinya Arif menyarankan untuk mengendurkan upaya, apalagi jika usaha berdampak negatif. Arif mengajak Anda untuk mendefinisikan ulang keinginan. “Misalnya ketika Anda berada dalam sebuah kantor. Lalu rekan kerja menekan Anda dengan ‘mengajak’ bersaing dan seakan ingin Anda jatuh. Tanyakan secara mendetil pada diri Anda, apakah orang itu yang menjadi masalah atau malah diri Anda sendiri?” ujar Arif. 

“Atau Anda bekerja setiap hari untuk menjamin keluarga. Sebenarnya Anda lupa menjaga kesehatan dan kehangatan keluarga yang sama pentingnya dengan pekerjaan. Anda menelantarkan anak-anak sehingga mereka mendapat nilai buruk dan membuat masalah di sekolah. Kendurkan usaha Anda dengan mengurangi jam kerja,” tambahnya. Jangan memaksakan tubuh dan pikiran untuk selalu fokus pada pekerjaan. Seimbangkan waktu untuk menemani buah hati.

4 Tanda Harus Istirahat





1. Menimbulkan dampak negatif untuk sekitar
Cek lagi, adakah dampak buruk pada keluarga atau lingkungan sosial akibat obsesi Anda? Lihat perbedaan yang terjadi. Misalnya, anak-anak Anda jadi bermasalah di sekolah, hubungan suami istri jadi kurang hangat, atau teman-teman menjauh. Renungkan kembali apa yang sebenarnya Anda butuhkan. Mana yang lebih penting untuk Anda.

2. Kesehatan terganggu
Perhatikan perubahan kondisi fisik dan psikis Anda. Tubuh juga bisa lelah kalau Anda terus terobsesi. Apalagi jika Anda terus memikirkan satu masalah terus menerus. Anda juga bisa mendapatkan gangguan emosional, stres, depresi, bahkan frustasi.

3. Tidak bahagia
Ketika Anda melakukan sesuatu, lakukanlah dengan perasaan bahagia. Jika tidak, cari tahu penyebabnya. Jika masalah Anda adalah sering pulang larut malam dan terlalu banyak memikirkan pekerjaan sehingga tidur tidak nyenyak, sebaiknya Anda hati-hati karena ini adalah tanda Anda perlu mengendurkan usaha.

4. Jalan buntu
Setiap orang tentu memiliki banyak rencana dalam hidupnya. Tetapi ketika Anda berjalan nyatanya ada rencana lain yang lebih baik dari rencana-rencana Anda sebelumnya. Saat Anda menghadapi jalan buntu untuk menjadi pengusaha katering, mungkin fokus di usaha cup cake bisa menjanjikan kesuksesan. Selalu ada jalan lain untuk sukses.  

Source: GoodHouseKeeping, Edisi November 2012, Halaman 91

0 Response to "Saatnya Berhenti Sejenak..."

Post a Comment

Rank

Member of


Subcribe

  
Segera konfirmasi email anda agar saya bisa mengirimkan artikel terbaru gratis ke email anda.





Blog Barcode


Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free


notifikasi
close